Selasa, 21 Januari 2014

GOAL FREE EVALUATION



MODEL EVALUASI
GOAL FREE EVALUATION

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Dasar-Dasar  Evaluasi Kebijakan
Dosen: Dr. Mami Majaroh, M.Pd

Disusun oleh:
1.      Fitri Ramadhani                        12110241002
2.      Khalimah                                  12110241006
3.      Lathifatun Nisa NH                 12110241009
4.      Fitri Utami                                12110241012
5.      Rini Septiani A                         12110241023

KEBIJAKAN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Model Evaluasi Goal Free Evaluation”. Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Dasar Evaluasi Kebijakan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga terutama kepada Dr. Mami Hajaroh, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Evaluasi Kebijakan yang telah membimbing kami serta teman-teman semua yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah jugalah semuanya kita kembalikan.





                        Yogyakarta, 2013
                                 Penulis,





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana penyampaian belajar atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan . Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran . Melaui evaluasi kita akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus,  minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik, serta keberhasilan sebuah program.

Dalam mengevaluasi suatu program, kita harus memilih model-model evaluasi yang sesuai dengan apa yang akan kita evaluasi. Hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah apakah pendapatan atau konsep sebenarnya yang dimaksud adalah sama, yaitu setrategi yang akan dipakai sebagai kerangka kerja dalam melakukan evluasi atau apa yang dipilih akan tergantung pada maksud dan tujuan evaluasi. Untuk ini harus memilih teori atau fungsi dari model atau pedekatan tersebut dan tidak tergantung pada satu model atau pendekatan atau konsep, harus dikuasai seluk beluk setiap model yang menjadi pilihan dan tidak menjadi budak dari satu model atau pendekatan. Pilihan yang terbaik yaitu apa yang dinamakan eclectic (eklektis) memilih model yang sesuai dengan keadaan dan situasi program yang akan dievaluasi.

      Ada beberapa model evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi suatu program, salah satunya adalah model evaluasi Goal Free Evaluation ( Evaluasi Bebas Tujuan ). Model ini digagas oleh Michael Scriven. Scriven adalah seorang pakar filsafat ilmu pengetahuan yang telah banyak menyumbangkan gagasannya kepada profesi evaluasi. Ia mengkritisi konseptualisasi evaluasi klasik dan modern. Ia mengkritisi terhadap ideology-ideologi evaluasi yang memfokuskan pada tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pengembang kurikulum, bukan memfokuskan pada pencapaian tujuan konsumen.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1.      Apa itu model evaluasi goal free evaluation?
2.      Apa fungsi model evaluasi goal free evaluation?
3.      Apa saja kekurangan dan kelebihan model evaluasi goal free evaluation ?


C.    Tujuan
      Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Memahami hakikat model evaluasi goal free evaluation.
2.      Memahami kegunaan model evaluasi goal free evaluation.
3.      Mengetahui kekurangan dan kelebihan model evaluasi goal free evaluation.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Goal Free Evaluation Model

      Goal Free Evaluation Model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Scriven. Dalam Goal Free Evaluation, Scriven mengemukakan bahwa dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya (kinerja) suatu program, dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi (pengaruh) baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang tidak diharapkan).

Evaluasi model goal free evaluation, focus pada adanya perubahan perilaku yang terjadi sebagai dampak dari program yang diimplementasikan, melihat dampak sampingan baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan, dan membandingkan dengan sebelum program dilakukan. Evaluasi juga membandingkan antara hasil yang dicapai dengan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk program tersebut atau melakukan cost benefit analysis.

      Tujuan program tidak perlu diperhatikan karena kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus tercapai, artinya terpenuhi dalam penampilan tetapi evaluator lupa memperhatikan sejauh mana masing-masing penampilan tersebut mendukung penampilan terakhir yang diharapkan oleh tujuan umum maka akibatnya jumlah penampilan khusus ini tidak banyak bermanfaat. Dapat disimpulkan bahwa, dalam model ini bukan berarti lepas dari tujuan tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci perkomponen yang ada.
Scriven menekankan bahwa evaluasi itu adalah interpretasi Judgement ataupun explanation dan evaluator yang merupakan pengambil keputusan dan sekaligus penyedia informasi. Ciri – Ciri Evaluasi  Bebas Tujuan yaitu :
1.      Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program
2.      Tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi
3.      Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang direncanakan
4.      Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek dibuat seminimal mungkin
5.      Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tidak diramalkan
Mungkin akan lebih baik apabila evaluasi yang berorientasi pada tujuan dan evaluasi bebas tujuan dikawinkan,karena mereka akan saling mengisi dan melengkapi. Evaluator internal biasanya melakukan evaluasi yang berorientasi pada tujuan,karena ia sulit menghindar atau mau tidak mau ia akan mengetahui tujuan program,akan tidak pantas apabila ia tidak acuh. Menejer progam jelas ingin mengetahui sampai seberapa jauh progam telah dicapai, dan evaluator internal akan dan harus menyediakan informasi untuk menejernya.
Di samping itu, perlu diketahui bagaimana orang luar menilai program bukan hanya untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, apa yang dilakukan di semua bagian, pada semua yang telah dihasilkan, secara sengaja atau tidak sengaja. Yang belakangan ini merupakan tugas operator  bebas tujuan yang tidak mengetahui tujuan program. Jadi, evaluasi yang berorientasi pada tujuan dan evaluasi bebas tujuan dapat bekarja sama dengan baik.

B.     Fungsi Goal Free Evaluation
                 
Scriven dalam Tujuan Evaluasi Model Gratis (1972) menunjukkan bahwa fokus pada program atau tujuan kegiatan ini dapat menjadi tempat awal yang penting untuk teknolog bekerja dalam domain evaluasi . Scriven ( 1972) percaya bahwa " tujuan program tertentu tidak harus diambil sebagai yang diberikan, " tapi diperiksa dan dievaluasi juga ( Guskey , 2000) .

      Model Goal -Free berfokus pada hasil yang sebenarnya dari suatu program atau kegiatan, bukan hanya tujuan-tujuan yang teridentifikasi. Jenis model memungkinkan teknolog untuk mengidentifikasi dan mencatat hasil yang tidak mungkin telah diidentifikasi oleh perancang program ( Guskey, 2000). Melalui proses teknik baik terang-terangan dan terselubung , metode ini berusaha untuk mengumpulkan data dalam rangka untuk membentuk deskripsi program, mengidentifikasi proses akurat , dan menentukan pentingnya mereka ke program ( Boulmetis & Dutwin , 2005 ). Sementara model ini berfokus pada hasil tanpa gol , model lain berfokus pada proses pengambilan keputusan dan menyediakan administrator kunci dengan analisis mendalam untuk membuat keputusan yang adil dan tidak bias .

Fungsi evaluasi bebas tujuan adalah untuk mengurangi bias dan menambah objektifitas. Dalam evaluasi yang berorientasi pada tujuan, seorang evaluator secara subjektif persepsinya akan membatasi sesuai dengan tujuan. Padahal tujuan pada umumnya hanya formalitas dan jarang menunjukkan tujuan yang sebenarnya dari suatu proyek. Lagipula, banyak hasil program penting yang tidak sesuai dengan tujuan program. Evaluasi bebas tujuan berfokus pada hasil yang sebenarnya bukan pada hasil yang direncanakan.  Dalam evaluasi bebas tujuan ini, memungkinkan evaluator untuk menambah temuan hasil atau dampak yang tidak direncanakan.


C . Kekurangan dan Kelebihan Goal Free Evaluation
Model evaluasi Goal Free Evaluation ini mempunyai kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan dari model bebas tujuan di antaranya adalah:

1.      Evaluator tidak perlu memperhatikan secara rinci setiap komponen, tetapi hanya menekankan pada bagaimana mengurangi prasangka (bias).
2.      Model ini menganggap pengguna sebagai audiens utama. Melalui model ini, Scriven ingin evaluator mengukur kesan yang didapat dari sesuatu program dibandingkan dengan kebutuhan pengguna dan tidak membandingkannya dengan pihak penganjur.
3.      Pengaruh konsep pada masyarakat, bahwa tanpa mengetahui tujuan dari kegiatan yang telah dilakukan, seorang penilai bisa melakukan evaluasi.
4.      Kelebihan lain, dengan munculnya model bebas tujuan yang diajukan oleh scrieven, adalah mendorong pertimbangan setiap kemungkinan pengaruh tidak saja yang direncanakan, tetapi juga dapat diperhatikan sampingan lain yang muncul dari produk.
Walaupun demikian, yang diajukan scrieven ternyata juga memiliki kelemahan seperti berikut:

1.      Model bebas tujuan ini pada umumnya bebas menjawab pertanyaan penting, seperti apa pengaruh yang telah diperhitungkan dalam suatu peristiwa dan bagimana mengidentifikasi  pengaruh tersebut.
2.      Walaupun ide scrieven bebas tujuan bagus untuk membantu kegiatan yang paralel dengan evaluasi atas dasar kejujuran, pada tingkatan praktis scrieven tidak terlalu berhasil dalam menggambarkan bagaimana evaluasi sebaiknya benar-benar dilaksanakan.
3.      Tidak merekomendasikan bagaimana menghasilkan penilaian kebutuhan walau pada akhirnya mengarah pada penilaian kebutuhan.
4.      Diperlukan evaluator yang benar-benar kompeten untuk dapat melaksanakan evaluasi model ini.
5.      Langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan dalam evaluasi hanya menekankan pada objek sasaran saja.

Model bebas tujuan merupakan titik evaluasi program, dimana objek yang dievaluasi tidak perlu terkait dengan tujuan dari objek atau subjek tersebut, tetapi langsung kepada implikasi keberadaan program apakah bermanfaat atau tidak objek tersebut atas dasar penilaian kebutuhan yang ada.














BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven yakni model evaluasi Goal Free Evaluation , tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan program sebagaimana model goal oriented evaluation. Yang harus diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi selama pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negatif.
            Dalam model goal free evaluation, para evaluator peneliti mengambil dari berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit dan pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat terhadap usulan-usulan tujuan dalam evaluasi. Tetapi tidak dalam proses evaluasi atau produk. Keuntungan yang dapat diambil dalam goal free evaluation, bahwa dalam goal free evaluation para penilai mengetahui antisipasi pengaruh-pengaruh penting terhadap tujuan dasar dari penilai yang menyimpang.
            Model bebas tujuan merupakan titik evaluasi program, dimana objek yang dievaluasi tidak perlu terkait dengan tujuan dari objek atau subjek tersebut, tetapi langsung kepada implikasi keberadaan program apakah bermanfaat atau tidak objek tersebut atas dasar penilaian kebutuhan yang ada.





DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Tayibnapis, Farida. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT Rineka Cipta
Mirza Bashirudin Ahmad, dkk. 2013. Model Evaluasi Kurikulum Goal Free Evaluation Model. Universitas Negeri Yogyakarta
Dedhy Djara. 2012. Model-model Evaluasi
http://dedhydjara.wordpress.com/2012/01/09/model-model-evaluasi/ (Diakses pada tanggal 10 november 2013 pukul 13.00 WIB)
Udin Juhrodin. 2013. Model-model Evaluasi Kurikulum
Ian Jones. 2008. http://arcmit01.uncw.edu/jonesi/Evaluation.html (Diakses pada tanggal 10 november 2013 pukul 13.40 WIB) .


Laporan Rapid Rural Aprassial Buruh gendong



LAPORAN PENELITIAN PENGARUH PEKERJAAN BURUH GENDONG TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAKNYA









NAMA       : RINI SEPTIANI ASTUTI
NIM           : 12110241023


PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Pengaruh pekerjaan kuli gendong terhadap prestasi belajar anaknya”.Laporan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Dasar Evaluasi Kebijakan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga terutama kepada Dr. Mami Hajaroh, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Penelitian Kebijakan yang telah membimbing kami serta teman-teman semua yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Akhirnya kepada Allah jugalah semuanya kita kembalikan.





                        Yogyakarta, 2013
                                 Penulis,









BAB I

A.   Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk melakukan bimbingan terhadap peserta didik oleh pendidik untuk menuju kedewasaan peserta didik. Pendidikan juga dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya guna mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satu tujuan itu antara lain memberi bekal kecerdasan kepada anak untuk digunakan kelak dalam menjalani hidupnya setelah dewasa. Di satu pihak pendidikan mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia dengan perilaku yang sesuai dengan nilai, norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat. Peserta didik harus mematuhi falsafah hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak bisa memicu anak terhadap hal yang negatif. Anak adalah anugerah dari sang pencipta, orang tua yang melahirkan anak harus bertangung jawab terutama dalam soal mendidiknya, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orang tuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama.
Faktor  ekonomi menjadi penyebab dari bergesernya perhatian orang tua. Banyak orang tua tidak memikirkan nasib dan perkembangan pendidikan anaknya yang berakibat maraknya pengangguran. Terutama didaerah pedesaan, mereka lebih berfikir bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga orang tua kurang memperhatikan perkembangan pendidikan anaknya. Meskipun di daerah pedesaan, ada sebagian orangtua yang masih memperhatikan pendidikan anaknya. Karena orang tua itu berfikiran bagaimana dapat menyekolahkan anaknya, dengan segala keterbatasan yang ada dan entah dari mana uang itu pasti ada untuk menyekolahkan anaknya. Dengan harapan anak tersebut dapat menjadi orang yang lebih sejahtera di masa yang akan datang dari pada nasib orangtuanya.
Ayah dan ibu berkewajiban untuk memberikan pendidikan terbaik kepada anak-anaknya, namun pendidikan di rumah biasanya dibebankan pada ibu karena lebih berperan penting dalam mengasuh anak dibanding dengan ayah. Tetapi pendidikan adalah tanggung jawab kedua orang tua tidak bisa dibebankan kepada salah satu pihak. Namun tidak semua orang tua memiliki kebiasaan dan pola pendidikan yang sama dalam mendidik anak-anaknya, memiliki kesamaan dalam mengambil keputusan dan sikap, sehingga orang tua kurang dan tidak memperhatikan anak karena kesibukannya mencari nafkah guna mencukupi kebutuhan hidup. Setiap orang tua berjuang keras demi membiayai pendidikan anaknya, walaupun tahu biaya pendidikan jaman sekarang ini tidaklah murah.
Sehubungan dengan pendidikan anak di sekolah maka tanggung jawab tidak hanya berada di tangan seorang guru.  Peran serta orang tua mempunyai andil yang tidak kalah penting , oleh karena itu keberhasilan seorang anak sangat di tentukan oleh peran serta orang tua.  Perhatian orang tua terhadap anak seharusnya dilakukan secara sengaja, intensif dan terkonsentrasi dengan penuh rasa kasih sayang dalam pelaksanaannya demi prestasi belajar anak dan perkembangan kepribadiannya. Dalam kaitan ini maka nampak ada kesenjangan antara keharusan orang tua melakukan kewajibannya dengan kenyataan di dalam praktek . Peningkatan peranan keluarga serta pemberdayaannya dalam mendidik anak menghadapi masa depan, pendidikan anak tersebut berada ditangan kedua orang tuanya. Kewajiban setiap orang tua dalam proses pendidikan tersebut mengembangkan potensi anaknya yang tergantung dari suasana keluarga dan kehidupan spiritual antara orang tua dan anak. Setiap orang tua harus memenuhi kebutuhan jasmani, rasa aman, diberikan penghargaan dan rasa sayang sampai anak itu dapat dikatakan mandiri.
Begitu juga dengan orang tua terutama wanita yang profesinya buruh gendong, mereka berusaha keras membanting tulang untuk memenuhi kehidupan dikeluarganya dan untuk kebutuhan pendidikan anaknya. Mereka juga berusaha untuk membagi waktu antara pekerjaan dengan mendampingi anak saat belajar. Dengan harapan melalui kualitas belajar yang baik dapat mendorong prestasi sekolah anaknya.



B.    Identifikasi
Pendidikan perlu dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya guna mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Salah satu tujuan itu antara lain memberi bekal kecerdasan kepada anak untuk digunakan kelak dalam menjalani hidupnya setelah dewasa. Di satu pihak pendidikan mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia dengan perilaku yang sesuai dengan nilai, norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat.
Mereka bekerja dari pagi hingga larut malam, lalu bagaimana dengan kondisi anak-anaknya yang sedang sekolah hingga pulang dan sampai rumah. Mereka tidak memperhatikan anak-anak mereka, pendidikan dan kondisinya. Entah itu anak-anaknya belajar ataupun mengerjakan pekerjaan rumah. Dengan upah yang tidak terlalu bisa mencukupi semua kebutuhan hidup, orang tua pasti akan berjuang keras untuk memberikan apapun yang terbaik untuk anaknya. Oleh karena itu peran keluarga terutama orang tua (ayah dan ibu) mempunyai arti yang sangat penting terutama dalam pendidikan anak. Karena keluarga merupakan guru atau contoh yang nantinya bakal ditiru oleh anak-anaknya kelak, selain keluarga lingkungan juga ikut berperan. Mungkin kalau masih usia anak-anak tidak terlalu berpengaruh akan tetapi jika sudah usia remaja dan dewasa sudah lain ceritanya.
Dengan demikian tekanan utama tanggung jawab pendidikan adalah berada dipundaknya para orang tua. Walaupun pada hakekatnya tanggung jawab pendidikan itu terletak pada komponen-komponen keluarga, sekolah dan masyarakat, termasuk negara, dalam satu sistem pendidikan nasional. Dalam kenyataan nampak kepada kita, bahwa secara empiris tidak semua orang tua, sebagai penanggung jawab utama, melakukan kewajibannya sesuai sebagaimana mestinya.


C.    Rumusan Masalah
Dari identifikasi diatas, dapat dibuat rumusan masalah yaitu :
1.      Bagaimana para buruh gendong memperhatikan pendidikan anaknya ?
2.      Bagaimana cara para buruh gendong memperhatikan prestasi belajar anak mereka ?


D.   Tujuan dan Manfaat
a)      Tujuan
1)      Mengetahui para buruh gendong memperhatikan pendidikan anaknya.
2)      Mengetahui perhatian buruh gendong terhadap prestasi anak mereka.


b)      Manfaat
1)      Bagi mahasiswa, mahasiswa dapat mengerti bagaimana seorang ibu yang bekerja keras demi anaknya sehingga bagi mereka yang mempunyai materi lebih maka haruslah bersyukur.
2)      Bagi masyarakat, agar lebih mengerti betapa kerasnya pekerjaannya sehingga jangan meremehkan pekerjaan buruh gendong
3)      Bagi pemerintah, pemerintah agar lebih mengetahui pekerjaan seorang buruh gendong sangat berat dan itu dilakukan oleh wanita.



BAB II

A.   Kajian Teori

1.      Buruh Gendong
Buruh berbeda dengan pekerja. Pengertian pekerja lebih menunjuk pada proses dan bersifat mandiri. Bisa saja pekerja itu bekerja untuk dirinya dan menggaji dirinya sendiri pula. Contoh pekerja ini antara lain Petani, nelayan, dokter yang dalam prosesnya pekerja memperoleh nilai tambah dari proses penciptaan nilai tambah yang mereka buat sendiri. Istilah tenaga kerja di populerkan oleh pemerintah orde baru, untuk mengganti kata buruh yang mereka anggap kekiri-kirian dan radikal. Pengertian Tenaga Kerja mempunyai
makna yang sangat luas yang bersifat umum dan terkadang rancu dengan istilah angkatan kerja. Buruh saat ini identik dengan pekerja level bawah.
Orang yang bekerja dengan mengandalkan kekuatan fisiknya (seperti membongkar muatan kapal, mengangkut barang dari stasiun satu tempat ke tempat lain) pekerja kasar. Krisis ekonomi di Indonesia memunculkan satu krisis politik yang mendasar. Seluruh bangunan sistem rezim yang telah lama
mapan akhirnya melonggar ketika krisis tak kunjung teratasi, berarti terbukanya kesempatan-kesempatan baru bagi pengorganisasian buruh (http://www.solidaritasburuh.org).
Ada perbedaan istilah tentang buruh gendong, karena buruh gendong tidak sama dengan buruh-buruh yang lain, seperti : buruh bangunan, buruh pabrik ataupun buruh tani. Meskipun pekerjaannya hampir sama yaitu memberikan pelayanan jasa untuk mengangkut atau menggendongkan barang untuk orang lain, namun sebutan untuk laki-laki berbeda dengan perempuan. Bagi laki-laki biasa disebut dengan kuli, sedangkan bagi perempuan dikenal dengan sebutan buruh gendong.
Buruh gendong dilihat secara harfiah adalah profesi gendong-menggendong barang yang dilakukan oleh seorang perempuan. Dengan kata lain buruh gendong adalah sebutan untuk seorang perempuan yang menyandang selendang jarit lurik (kain yang bermotif lurik) dan ada pula yang menenteng srumbung di punggungnya. Tetapi ada pula yang cuma sekedar menggunakan jarit lurik saja untuk menggendong barang yang besar. Srumbung dipakai untuk membawa barang yang relatif kecil-kecil tetapi banyak (Nur Haryanto, 1998).

2.      Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam webster’s New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang prestasi yaitu: “Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study” ( Webster’s New Internasional Dictionary, 1951 : 20 ) Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standart test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Dalam kamus populer prestasi ialah hasil sesuatu yang telah dicapai (Purwodarminto, 1979 : 251)
Menurut Drs. H. Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan  untuk menyelidiki,  mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test) (Psikologi Belajar DRS.H Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono 151)
Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.

B.    Model Penelitian
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :
a.       Wawancara mendalam
Wawancara dilakukan dengan menyiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan. Namun dalam prakteknya daftar pertanyaan ini tidak mengikat jalannya wawancara.
b.      Observasi
Observasi dilakukan di pasar Beringharjo untuk mengetahui secara langsung bagaimana para buruh gendong bekerja menggendongkan barang orang lain.
c.       Dokumentasi
Data-data pendukung lain diperoleh melalui foto maupun sumber tertulis lain yang mendukung juga bisa digunakan dalam proses dokumentasi.




C.    Alur Pikir Pentingnya metode RRA

RRA merupakan proses belajar, proses memahami keadaan masyarakat pedesaan yang dilakukan secara intensif, cepat, berulang-ulang, dan dilskuksn berkelompok kecil (team) antar-disiplin. Salah satu disiplin ilmu yang terlibat didalamnya adalah ilmu-ilmu sosial. Dalam penelitian ini salah satu metode RRA adalah dengan wawancara, disini wawancara akan dilakukan dengan menggali informasi-informasi dari kehidupan mereka sehari-hari untuk menyekolahkan anak-anaknya hanya dengan buruh gendong dimana penghasilan yang tidak seberapa dibanding dengan pekerjaannya.
Kemudian metode RRA dengan observasi, dapat mengamati langsung kegiatan para buruh gendong bagaimana mereka memperhatikan pendidikan anaknya saat dirumah, dengan siapa anaknya belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah. Lalu RRA dapat membantu mengatasi masalah pendidikan pada anak mereka atau pada anak yang merasa kesulitan belajar dan tidak mendapat perhatian dari orangtuanya terutama dari ibunya, yang dari pagi hingga malam bekerja.

D.   Pertanyaan Penelitian
1.      Apakah anda selalu menemani dalam belajar?
2.      Bagaimana metode belajar anak anda?
3.      Apakah selama ini anak anda mengalami kesulitan belajar?
4.      Bagaimana cara mengatasi jika anak anda mengalami kesulitan belajar?
5.      Bagaimana prestasi anak anda disekolah?

BAB III
Metode RRA
RRA dapat didefinisikan sebagai berikut :
  1. RRA adalah metode kegiatan mempelajari pedesaan secara intensif, berulang, eksploratif, cepat dilakukan oleh kelompok kecil antar-disiplin ilmu yang menggunakan sejumlah metode,alat dan tehnik yang dipilih secara khusus. Pada penelitian ini, menggunakan metode interview . Interview dapat membantu saat observasi dengan memberikan informasi-informasi yang terjadi pada yang bersangkutan. Sehingga dapat dikatakan tidak ada yang mengada-ada dalam pemberian informasi-informasi yang dibutuhkan.
  2. RRA adalah suatu cara mengorganisir orang dan waktu,untuk mengumpulkan dan menganalisa informasi,ketika kendala waktu menuntut adanya keputusan sebelum situasi setempat dapat dipahami secara lengkap.
3.      RRA adalah kegiatan sistematis yang dimaksudkan untuk menarik kesimpulan, hipotesa atau “penilaian”,yang mencakup kegiatan untuk memperoleh informasi baru,dalam waktu yang terbatas.
Ciri – ciri RRA yaitu :
1)      Aspek “eksploratif”(=penjelajahan),mengandung arti fleksibel,terbuka dan sifatnya adaptif
2)      Aspek “kecepatan”.Cepat tidak berarti tergesa-gesa,bukan semata-mata dalam arti singkatnya waktu,tetapi sifatnya relatif terhadap apa yang ingin kita ketahui.
3)      Aspek penggunaan “interdisiplinary-team menuntut digunakannya interdisiplin dalam satu team,karena penduduk pedesaanitu hidupnya,pengalamannya dan kegiatannya terikat dalam satu jaringan lokal yang bersifat multi kompleks
4)      Aspek “intensif”/berulang,mempelajari keadaan pedesaan secara cepat (rapid learning) menuntut  adanya interaksi yang intensif dan berulang antara si peneliti dan yang diteliti.
Tujuan dari RRA :
Untuk membangun suatu cara pengumpulan informasi yang memenuhi kriteria : relevan , tepat  waktu ,cukup teliti,dan dapat digunakan(relevan) ; dapat dikatakan suatu metode “cost -effective”.
Untuk membangun suatu cara pengumpulan informasi yang memenuhi kriteria : relevan , tepat  waktu ,cukup teliti,dan dapat digunakan(relevan).

BAB IV
Hasil dan Pembahasan
A.   Hasil
PEDOMAN WAWANCARA SUBYEK PENELITIAN
(Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah wanita buruh gendong)

Nama                           :
Umur                           :
Daerah Asal                :
Lama Bekerja              :
Jumlah Anak               :
Pendidikan Terakhir    :

Daftar Pertanyaan Wawancara
A.    Perempuan dalam memilih pekerjaan sebagai buruh gendong
1.      Apa yang mendorong anda memilih pekerjaan sebagai buruh gendong?
2.      Apa pekerjaan anda sebelum menjadi buruh gendong?
3.      Mengapa beralih menjadi buruh gendong?
4.      Apa motivasi anda untuk bertahan bekerja sebagai buruh gendong?
5.      Berapa penghasilan anda setiap hari sebagai buruh gendong?



B.     Sistem Pembagian Waktu dalam Bekerja
1.      Jam berapa anda berangkat bekerja?
2.      Sebelum berangkat kerja, apa yang anda lakukan?
3.      Jam berapa anda pulang bekerja?
4.      Apa yang anda lakukan setelah pulang bekerja?
5.      Bagaimana anda membagi waktu antara pekerjaan, rumah tangga dan mengurus anak?


C.     Peranan dalam Kegiatan Belajar Anak
1.      Apakah anda selalu menemani dalam belajar?
2.      Bagaimana metode belajar anak anda?
3.      Apakah selama ini anak anda mengalami kesulitan belajar?
4.      Bagaimana cara mengatasi jika anak anda mengalami kesulitan belajar?
5.      Bagaimana prestasi anak anda disekolah?






TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
A.    Informan 1

Nama                           : Ibu Painten
Umur                           : 55 tahun
Daerah Asal                : Sentolo, Kulon Progo
Lama Bekerja              : 38 tahun
Jumlah Anak               : 3 orang; anak pertama dan kedua lulusan SMP, anak                                     ketiga lulusan SMK
Pendidikan Terakhir    : SD

            Ibu Painten adalah salah satu buruh gendong di Pasar Berongharjo. Setiap hari beliau berangkat dari rumahnya (Sentolo) pukul 07.00 WIB dan pulang pukul 16.30 WIB. Sebelum berangkat bekerja, seperti ibu rumah tangga lainnya, beliau melakukan kegiatan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, memasak, dll. Sebelum bekerja sebagai buruh gendong, beliau bekerja sebagai buruh tenun bagor di daerahnya. Namun karena penghasilannya tidak menentu dan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ibu Painten memutuskan untuk bekerja sebagai buruh gendong.
            Ibu Painten nekat menjadi buruh gendong karena alasan ekonomi. Suaminya sakit stroke ringan dan tidak bisa bekerja lagi. Penghasilannya sebagai buruh gendong berkisar antara Rp 25.000 s/d Rp 40.000 yang sebenarnya tidak cukup untuk menghidupi suami dan ketiga anaknya. Meskipun hidup kekurangan namun Ibu Painten tetap peduli dengan pendidikan anaknya. Buktinya anak pertama dan keduanya bisa sekolah hingga SMP sedangkan anak ketiganya lulusan SMK. Sebenarnya Ibu Painten masih mampu untuk menyekolahkan anaknya hingga SMA tetapi anaknya berkeinginan untuk bekerja setelah lulus SMP dengan alasan membantu ekonomi keluarga. Walaupun hanya lulusan SMP dan SMK, anak-anak Ibu Painten cukup berprestasi di sekolahnya. Hal ini dikarenakan setiap hari anaknya belajar sendiri. Jika ada waktu luang, Ibu Painten selalu menemani anaknya belajar.



B.     Informan 2

Nama                           : Ibu Merit
Umur                           : 35 tahun
Daerah Asal                : Sentolo, Kulon Progo
Lama Bekerja              : 4 tahun
Jumlah Anak               : 2 orang; anak pertama kelas 6 SD, anak kedua
                                      kelas 3 SD
Pendidikan Terakhir    : SD

            Ibu Merit adalah tetangga Ibu Painten. Setiap hari Ibu Merit berangkat jam 04.00 WIB dan pulang pukul 17.00 WIB. Sebelum menjadi buruh gendong, beliau bekerja sebagai buruh pembuat tas dan juga membantu suaminya di sawah, karena penghasilannya kurang beliau memutuskan menjadi buruh gendong. Penghasilan rata-rata tiap harinya antara Rp 25.000 s/d Rp 30.000 tergantung pemberian si pengguna jasa. Untuk membagi waktu dengan anaknya, biasanya Ibu Merit mengambil libur karena dulu anaknya sering menangis saat ditinggal bekerja. Anaknya yang pertama memiliki kesulitan belajar pada pelajaran Bahasa Jawa sehingga setiap hari ia bersama teman-temannya belajar kelompok. Belajar kelompok tersebut atas inisiatifnya sendiri dan tidak pernah diajari. Walaupun demikian, sebisa mungkin Ibu Merit mendampingi anaknya belajar. Untuk anaknya yang kedua selalu didampingi karena masih membutuhkan perhatian lebih. Setelah pulang bekerja Ibu Merit melakukan kegiatan rumah tangga seperti biasanya. Setiap malam jika sudah capek, maka ibu Merit langsung istirahat tidur tanpa memperhatikan anaknya dalam belajar.

C.     Informan 3
Nama                           : Ibu Sutinem
Umur                           : 30 tahun
Daerah Asal                : Sentolo, Kulon Progo
Lama Bekerja              : 3 tahun
Jumlah Anak               : 1 orang; kelas 3 SD
Pendidikan Terakhir    : SD

            Ibu Sutinem menjadi buruh gendong karena diajak kakaknya yang juga berprofesi sebagai buruh gendong. Suaminya bekerja sebagai kuli bangunan. Dulu sebelum menjadi buruh gendong, beliau hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Karena penghasilan suami yang kurang, ibu Sutinem memutuskan menjadi buruh gendong untuk meringankan beban suaminya. Setiap hari ibu sutinem berangkat dari rumah pukul 05.00 WIB dan pulang pukul 16.00 WIB menggunakan bus.  Penghasilannya setiap hari Rp. 50.000  karena barang yang diangkut adalah pakaian.
            Anak satu-satunya sangat nakal sehingga beliau agak kewalahan mengurusnya. Dulu dia pernah tinggal kelas sekali waktu kelas 2 SD. Setiap disuruh belajar dia tidak pernah mau. Pernah suatu waktu anak ibu Sutinem meminta sepeda baru. Ibu sutinem memberi syarat kepada anaknya jika ingin sepeda baru maka harus rajin belajar. Setelah dibelikan sepeda, anaknya mengalami perubahan. Sekarang lebih sering belajar dan bertanya jika memiliki kesulitan dalam beajar. Setiap hari ibu Sutinem mendampingi anaknya belajar dengan harapan prestasinya bagus.


D.    Informan 4
Nama                           : Ibu Surat
Umur                           : 48 tahun
Daerah Asal                : Sentolo , Kulon Progo
Lama Bekerja              : 20 tahun
Jumlah Anak               : 2 orang; lulusan SMA dan SMP
Pendidikan Terakhir    : Tidak Sekolah

            Ibu Surat adalah kakak dari Ibu Sutinem. Setiap hari berangkat bekerja pukul 05.00 WIB dan pulang pukul 17.00 WIB. Sebelum menjadi buruh gendong beliau bekerja di sawah membantu suaminya. Karena alasan ekonomi beliau bekerja sebagai buruh gendong. Penghasilannya sebagai buruh biasanya Rp 50.000. Setelah  pulang bekerja, beliau langsung mengerjakan pekerjaan rumah dengan dibantu kedua anaknya.
            Meskipun ia tidak pernah bersekolah tetapi ia ingin anaknya sekolah setinggi-tinginya supaya menjadi anak yang pandai. Anaknya selalu belajar setiap hari walaupun tanpa didampingi orang tuanya. Anaknya yang pertama selalu mendapat peringkat 3 besar di sekolahnya. Biasanya ia belajar kelompok dengan teman-temannya sehabis maghrib. Jika Ibu Surat sudah pulang, ia akan mendampingi anaknya belajar dan juga menanyakan tentang pelajaran yang diperoleh anaknya di sekolah.


B.    Pembahasan

Para buruh gendong ini, dalam memperhatikan pendidikan anaknya selalu yang pertama, karena bagi mereka adalah anak-anaknya harus lebih pintar dari pada orangtuanya yang tidak berpendidikan. Meskipun tidak berpendidikan, namun dalam menyekolahkan anak-anaknya ada yang hingga SMK, meskipun juga ada yang hanya lulusan SMP. Mereka tidak pernah memikirkan kehidupan mereka, yang terpenting adalah anaknya dapat bersekolah layaknya anak-anak lainnya dan dapat memberikan uang saku. Buruh gendong sebenarnya juga bukan penghasilan utama mereka, penghasilan juga didapat dari suami mereka yang masih bekerja, namun buruh gendong juga sangat membantu untuk kebutuhan sehari-hari mereka.
Dengan menghiraukan segala cemooh dari para tetangga tentang keadaannya, para buruh hanya terus berusaha tetap kuat menjadi buruh gendong dan mengumpulkan uang demi suami (yang suaminya sudah sakit-sakitan) dan anaknya. Walau ibunya hanya "buruh gendong", tapi juga ada yang  anaknya pintar-pintar. Buktinya ada yang bisa menembus salah satu SMK favorit. Hidup orangtuanya yang keras, menjadi tradisi. Anak-anaknya pun suka bekerja keras. Salah satu anak dari mereka, sekarang adalah wirausahawan sukses. Dia punya toko kelontong yang besar dan sejumlah usaha lainnya. Dia adalah lima bersaudara. Kini mereka sudah "menjadi orang" semua.  Mereka adalah anak-anak seorang perempuan perkasa yang berprofesi sebagai buruh gendong.
Pendidikan yang lebih baik, hal inilah yang ingin para wanita luar biasa ini berikan pada anak-anak mereka. Mereka tentu tak ingin masa depan anaknya kelak sama seperti yang dialami mereka sekarang. Bisa bekerja di sektor formal merupakan impian para ibu dan anaknya. Mereka sungguh sangat berharap dengan perlahan tapi pasti kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.
Hubungan antara orang tua dan anak sangat penting, sebab orang tualah yang merupakan orang pertama yang dikenal oleh si anak. Melalui orang tualah anak mendapatkan kesan-kesan pertama tentang dunia luar. Bagi seorang bayi atau anak kecil, hubungan afeksi dengan orang tua merupakan faktor penentu, agar ia dapat “survive”. Orang tualah yang merupakan orang pertama yang membimbing tingkah laku anak. Terhadap tingkah laku anak mereka bereaksi dengan menerima, menyetujui, membenarkan atau menolak. Dengan demikian nilai terhadap tingkah laku berpengaruh dalam diri anak yang akan membentuk norma-norma sosial, norma-norma susila dan norma-norma tentang apa yang baik dan buruk, apa yang boleh atau tidak boleh.
Pada umumnya hubungan antara orang tua dan anak pada keluarga buruh cenderung kurang intensif (jarang) artinya orang tua hanya bisa memperhatikan anak-anaknya pada saat sebelum atau sesudah bekerja, sehingga anak kurang mendapat kasih sayang dan perawatan yang cukup dan orang tua khususnya ibu. Ibu sebagai buruh gendong pastinya pada malam hari merasa lelah dan beristirahat tidur, sehingga anaknya belajar sendiri tanpa pendampingan atau bantuan motivasi dari seorang ibu. Kemungkinan mendampingi hanya kadang-kadang jika tidak merasa lelah. Padahal pada masa anak-anak itu sangat membutuhkan perhatian untuk perkembangannya. Anak-anaknya selalu belajar sendiri atau belajar kelompok karena tidak ada yang membantu dalam pembelajarannya.
Bagaimanapun orang tua lebih dekat dengan anak- anaknya sehingga orang tua dapat mengamati dan mengenal anaknya. Jarang orang tua menyadari bahwa banyak yang dapat mereka lakukan untuk merangsang perkembangan intelektual anak sebelum mereka masuk sekolah. Waktu yang tepat untuk belajar dan untuk merangsang dasar-dasar belajar adalah pada saat-saat jauh sebelum anak masuk sekolah. Oleh karena itu, orang tua diberi pengertian mengenai proses-proses belajar di masa dini ini, mereka dapat membantu merangsang kesenangan belajar anak untuk seumur hidupnya sekaligus meningkatkan kecerdasannya.
Prestasi belajar anak-anak dari buruh gendong tidak sebaik yang diinginkan orangtuanya, ada salah satu anak dari mereka yang tidak naik kelas. Salah satu faktor tidak naik kelas adalah tidak adanya waktu untuk menemani anaknya belajar, membantu dalam proses belajar atau memberi motivasi pada anaknya. Hal tersebut memicu anaknya untuk malas-malasan dan tiak peduli terhadap pembelajaran.
Belajar yang baik adalah saat anak merasa nyaman belajar dengan pendampingan orangtuanya terutama ibunya. Namun ada pula anak dari para buruh gendong yang tidak pernah mendapatkan pendampingan saat belajar bahkan orangtuanya sudah tak peduli dengan pembelajaran anaknya, tetapi si anak berusaha sendiri sehingga prestasi belajarnya tetap dapat dikatakan lumayan dibanding yang lainnya. Padahal anak tersebut kalau belajar dirumah hanya belajar sendiri dan berusaha untuk belajar kelompok dengan teman-temannya.


BAB V
Kesimpulan dan Rekomendasi

A.   Kesimpulan

Indonesia sebagai negara berkembang memang tidak bisa menampikan kehidupan masyarakatnya yang dihinggapi kemiskinan. Kemiskinan yang dialami oleh para kaum marginal di Indonesia menyebabkan timbulnya berbagai jenis profesi disektor informal. Dalam hal ini profesi menjadi buruh gendong baik perempuan atau pun laki-laki adalah salah satu yang ditimbulkan. Profesi menjadi buruh gendong di sekitar pasar Beringharjo, Yogyakarta dirasa menjadi alternatif yang terbaik bagi para perempuan di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya. Faktor ekonomi menjadia alasan yang mendasar bagi sebagian besar buruh gendong dalam meilih profesi ini sebagai pekerjaan. Keinginan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dikarenakan pendapatan suami yang jauh dari harapan memaksa mereka untuk bekerja.
Buruh gendong tidak peduli upah mereka berapa, yang terpenting adalah tercukupinya kebutuhan mereka pada hari itu dan memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya. Pendidikan yang lebih baik, hal inilah yang ingin para wanita luar biasa ini berikan pada anak-anak mereka. Mereka tentu tak ingin masa depan anaknya kelak sama seperti yang dialami mereka sekarang. Bisa bekerja di sektor formal merupakan impian para ibu dan anakya. Mereka sungguh sangat berharap dengan perlahan tapi pasti kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.



B.    Rekomendasi

Masalah pekerjaan buruh gendong mungkin terlihat sepele, namun kenyataannya hal ini adalah salah satu dari konflik sosial yang harus diperhatikan secara khusus. Pemerintah daerah kota sudah berupaya memecahkan masalah ini, namun sepertinya masih kurang bisa membuahkan hasil. Ada pula yayasan yang berusaha ikut mencari solusi masalah ini, namun memang memerlukan pemikiran yang matang untuk menyelesaikan dan mencari jalan keluar yang tepat untuk masalah sosial ini. Sebaiknya perlu adanya kesepakatan dari masyarakat jika ingin membutuhkan buruh gendong maka barang yang dibawa janganlah terlalu berat agar para buruh tetap dapat membantu mereka juga sehari-hari. Untuk buruh gendong yang sudah sangat tua, lebih baik diberi pengarahan untuk tidak membawa beban yang berat-berat. Bagi orangtua yang masih mempunyai anak sekolah, harusnya diberi wawasan dan pengetahuan dari pemerintah setempat bahwa pentingnya pendidikan anak tidak hanya menyekolahkan saja, akan tetapi juga adanya perhatian dalam proses belajar dan pendampingan. Sehingga si anak merasa mereka masih diperhatikan oleh orangtuanya.










Daftar Pustaka
Mandalora, Richard. 2009. Rapid Rural Appraisal & Participatory Rural Appraisal. http://charlerichardm.blogspot.com/2009/01/rra-pra.html . (diakses pada tanggal 27 Desember 2013 pukul 21.23 WIB)
Kurnia, Victor Uji. 2013. Definisi Prestasi Belajar. http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/definisi-prestasi-belajar.html (diakses pada tanggal 05 Januari 2014 pukul 18.00 WIB)
Haryanto. 2010. Pengertian Prestasi Belajar. http://belajarpsikologi.com/pengertian-prestasi-belajar/ (diakses pada tanggal 05 Januari 2014 pukul 17.48 WIB)